Dr Anastasia Moschovakis, MD – seorang Praktisi khusus, pada kesempatan Hari Alergi Dunia (8 Juli) menjelaskan kepada Ygeiaonline.gr, tentang bentuk utama dari alergi dan cara untuk mengatasinya.
Jumlah penderita alergi terus meningkat secara signifikan pada pertengahan abad kedua puluh dalam masyarakat. Contohnya di Amerika Serikat, penderita asma meningkat 75% pada tahun 1980-1994. Jumlah orang yang meninggal akibat reaksi alergi yang fatal juga meningkat setiap tahun. Hari alergi sedunia ini dimaksudkan untuk memperkenalkan langkah-langkah efektif untuk mencegah terjadinya alergi
|
Alergi, menurut gejalanya , dibagi menjadi alergi kulit (termasuk urtikaria dan angioedema, eksim karena alergi), asma, rinitis alergi, konjungtivitis, alergi gastrointestinal (saluran cerna) dan anafilaksis.
• Urtikaria, angioedema dan dermatitis atopik: Urtikaria dan angioedema adalah alergi kulit yang dapat terjadi secara bersama-sama atau secara terpisah. Gejalanya adalah lesi kemerahan pada kulit.
• Asma: asma karena alergi seringkali dikaitkan dengan riwayat pribadi atau keluarga dengan penyakit alergi (seperti rhinitis, urtikaria, eksim), dermatoantidraseis menjadi positif, peningkatan kadar imunoglobulin E, yang menyebabkan reaksi positif ketika antigen penyebab terhirup . Gejala-gejalanya meliputi kesulitan bernapas dan bronkospasme. Sebagian besar alergen yang menyebabkan asma terdapat di udara. Seringkali zat-zat tersebut adalah tungau debu yang terdapat dalam debu rumah tangga, serbuk sari tanaman, bulu binatang, ketombedan benih jamur.
• Rhinitis alergi: Rhinitis alergi ditandai dengan bersin, hidung tersumbat meler, mata gatal dan berair. Hal ini sering terjadi pada orang-orang dengan riwayat keluarga dengan alergi terkait. Rhinitis alergi pada musim semi / musiman ( biasanya hanya terjadi di negara-negara dengan 4 musim, Eropa dan Amerika)adalah alergi yang bersifat musiman karena alergen hanya ada pada waktu tertentu seperti rhinitis alergi yang disebabkan oleh serbuk sari pada saat tanaman berbunga pada musim semi. Rhinitis alergi kronis dapat terjadi sepanjang tahun karena alergen yang mempengaruhinya tidak terikat oleh waktu, seperti tungau debu dan sel-sel epitel dari pengelupasan kulit binatang. Alergi makanan merupakan penyebab yang tidak biasa dari rhinitis alergi. Rhinitis alergi dapat menjadi lebih rumit karena dapat bercampur dengan infeksi bakteri atau virus.
• Konjungtivitis alergi: Bisa tampak dalam bentuk pembengkakan, kemerahan, gatal di mata.
• Gastrointestinal Alergi: Ini adalah reaksi abnormal dari saluran pencernaan terhadap alergen masuk kedalam saluran pencernaan bersama dengan makanan, yang mengakibatkan timbulnya gejala-gejala seperti gatal-gatal didalam perut, sakit perut, diare dan kembung. Berbagai bahan pengawet kimia dan zat aditif dalam makanan dapat menyebabkan reaksi alergi yang signifikan pada saluran pencernaan. Di antara makanan alami yang paling umum, yang mengiritasi usus dan menyebabkan reaksi alergi meliputi susu, kacang-kacangan termasuk kacang tanah, gandum, kedelai, apel, daging babi, ikan, kerang, susu dan stroberi.
• Anafilaksis: Reaksi anafilaksis adalah reaksi alergi yang berbahaya yang dapat terjadi secara langsung setelah pemberian alergen, biasanya melalui suntikan, dan jarang terjadi pada kasus menelan obat dan dimanifestasikan dalam bentuk gangguan pernapasan, edema laring, bronkospasme, ruam seringkali diikuti oleh fenomena kolaps vaskuler dapat menyebabkan kematian dengan cepat dalam beberapa menit atau jam. Gejalanya meliputi batuk, suara serak, dada sesak dan gangguan gastrointestinal seperti mual, muntah, diare dan sakit perut.
Studi tentang alergi yang dilakukan dengan tes khusus
Dalam banyak kasus sulit untuk mengidentifikasi alergen yang menjadi penyebabnya. Terapi medis yang dapat dilakukan adalah pemberian kortikosteroid, antihistamin, obat adrenergik b, teofilin, antikolinergik, natrium cromolin, antagonis leukotriene, antibodi monoklonal anti E (omalizumab). Pengobatan imunoterapi diberikan untuk kasus-kasus tertentu. Saat ini, sebagian besar obat-obatan diberikan melalui formula dihirup atau topikal pada tubuh untuk meminimalkan efek samping dari pemberian sistemik.
Dalam pengobatan anafilaksis memerlukan pelaksanaan segera terapi injeksi khusus, kateter intravena, pemberian oksigen.
A. Pencegahan Primer
Pencegahan primer termasuk pencegahan alergi pada individu non alergi (tidak mempunyai riwayat alergi). Terlepas dari kenyataan bahwa kecenderungan untuk alergi adalah diturunkan, peran lingkungan juga sangat penting. Beberapa gen berinteraksi dengan lingkungan yang menghasilkan fenotipe alergi.
Pencegahan primer termasuk pencegahan alergi pada individu non alergi (tidak mempunyai riwayat alergi). Terlepas dari kenyataan bahwa kecenderungan untuk alergi adalah diturunkan, peran lingkungan juga sangat penting. Beberapa gen berinteraksi dengan lingkungan yang menghasilkan fenotipe alergi.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar